skip to Main Content

Mendiskusikan Dua Isu Dunia : Taiwan Economy and Middle East Update, Kuliah Umum Hubungan Internasional

  • uai

Kamis (11/1) – Untuk menambah wawasan mahasiswa terhadap perkembangan dunia diplomasi bagian Asia Pasifik dan Timur Tengah. Kemarin, Universitas Al azhar Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Hubungan Internasional mengadakan kuliah umum yang digelar dalam dua sesi. Sesi pertama berlangsung di Auditorum Arifin Panigoro yang bertemakan Taiwan Ilha Formosa dengan narasumber Mr. Jack Chen-Huan Hsiao (Director, Economic Division, Taipei Economic and Trade Office, jakarta, Indonesia) dan sesi kedua yang diadakan di ruangan serbaguna dengan tema Middle East Update dengan narasumber Mr. Nanda Avalist, M.Si. (Mid Career Diplomat and Indonesia Ministry of Foreign Affairs). Acara yang masing masing berdurasi 2 jam ini selain untuk menambah wawasan juga untuk membangun kembali mindset mahasiswa untuk lebih berhati hati dalam melihat konflik dunia dari segi agama mapun budaya.

Di sesi pertama yang berlangsung mulai pukul 09.30 hingga pukul 11.30 WIB, Mr.Jack menjelaskan bagaimana Taiwan dengan struktur ekonominya yang saat ini mampu menjadi salah satu negara dengan sistem ekonomi yang maju. Dalam seminar yang berjudul “Taiwan, The Economy That you May Not Know About, and Its Role for Asia Pasific & for Indonesia” beliau banyak memberikan Informasi penting tentang perkembangan struktur ekonomi Taiwan maupun Asia saat ini.

Membahas hal yang berbeda pada sesi pertama, Mr.Nanda dengan judul seminarnya “The Current Dynmics of Arab-Israel Conflict” mengatakan “when we say ethnical we talk about genetical” dalam penjelasannya mengenai point perbedaan antara yahudi dan israel. Perhelatan yang telah menjadi sorotan publik selama beberapa tahun terakhir ini bukan sekedar masalah perebutan teritorial, namun juga memiliki latar belakang sejarah agama dan budaya. Seperti perbedaan antara penyebutan kaum Israel dan Yahudi yang kerap sama namun ternyata memiliki silsilah yang berbeda. Israel dalam bahasa Arab  (Banii Israaill) memiliki arti anak anak Israel, dimana dalam klausa katanya berarti memiliki seorang ayah, yaitu Nabi Ya’kub Alaihissalam. Sedangakn Yahudi adalah Religion yang memiliki kategori berbeda dengan Ethnical. Jadi dapat disimpulkan bahwa Seorang yang yahudi belum tentu Israel, tapi seorang Israel bisa saja yahudi.

Di sesi terakhir ini, beliau mengatakan betapa pentingnya generasi muda masa kini untuk memiliki pemikiran yang bersifat open minded dan berhati hati dalam menilai sebuah isu maupun mengambil kebijakan atas sebuah keputusan besar. Kita harus terlebih dahulu tahu, paham dan mengerti bagaimana sebuah konflik bisa tercipta. “ma laa yudroku kulluhu la yutroku kulluhu, yang mana artinya apa yang tidak menguntungkan secara keseluruhan tidak harus ditinggalkan seluruhnyategas beliau dalam mengajak mahasiswa untuk terus berpartisipasi dalam menangani kasus kasus dunia. Dan tentunya sebagai kampus yang berdiri dengan nilai nilai islam, telah menjadi sebuah keharusan bagi mahasiswanya untuk mampu mengkaji setiap konflik dengan baik, sehingga kemudian dapat  mengintegrasikannya dengan nilai dan budaya  islam.





Back To Top