skip to Main Content

Augmented Reality di Masa New Normal

Augmented Reality (AR)merupakan salah satu teknologi visualisasi yang menggabungkan data atau obyek virtual dengan obyek real. Teknologi ini memungkinkan pengguna melihat obyek virtual dalam bentuk 2D dan 3D bahkan memberikan pengalaman baru dalam menggunakan apalikasi yaitu pengguna dapat berinteraksi dengan obyek virtual tersebut. Hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Alan B. Craig dalam bukunya [1] bahwa esensi utama dari pengalaman augmented reality adalah bahwa pengguna terlibat dalam aktivitas di dunia nyata dimana augmented reality menambahkan informasi digital ke dunia virtual dimana pengguna dapat berinteraksi dengan cara yang sama seperti berinteraksi dengan dunia nyata.”

National Geographics Augmented Reality Experience  [2]

Teknologi ini semakin berkembang, pada awalnya teknologi ini diterapkan pada PC dan pada tahun 1990an teknologi ini mulai diterapkan pada perangkat mobile. Perangkat mobile lebih mendukung untuk pengembangan teknologi ini, dikarenakan memiliki komponen hardware dan software yang dibutuhkan dalam pengembangan AR. Tiga komponen dasar hardware yang harus dimiliki dalam pengembangan AR adalah sensor, processor dan display [1]. Ketiga komponen ini juga merupakan komponen dasar pada suatu perangkat mobile. Penggunaan utama sensor dalam suatu aplikasi berbasi AR adalah [1]:

  • Tracking, yang akan memberikan informasi dunia nyata, untuk menentukan posisi dan orientasi obyek virtual di dunia nyata, diantaranya camera, GPS, gyroscope, , compass dan accelerometer.
  • Sensor untuk mendapatkan data lingkungan sekitar dunia nyata, seperti sensor suhu, sensor kelembaban udara, PH, volt dan frekuensi radio.
  • Sensor untuk mendapatkan input dari pengguna, seperti button, keyboard dan touchscreen

Pada dasarnya Augmented Reality bekerja diawali dengan proses tracking pada suatu obyek yang dijadikan sebagai marker atau disebut juga dengan target, kemudian menentukan posisi dan orientasi obyek virtual di dunia nyata, dalam hal ini 6DOF (6 degree of freedom).

Posisi Kamera terhadap koordinat dunia nyata [3]

Setelah mendapatkan koordinat dunia nyata, berikutnya akan dilakukan proses rendering obyek virtual dan menampilkan obyek secara virtual di koordinat dunia nyata.

Alur kerja Agmented Reality [3]

Proses tracking pada AR dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu [4]:

  1. Fiducial marker based tracking, proses tracking dilakukan terhadap marker untuk menampilkan obyek virtual.
  2. Model based tracking, proses tracking dilakukan terhadap obyek 3D yang ada di dunia nyata, dengan mengambil informasi titik-titik sudut yang ada pada obyek 3D tersebut.
  3. Natural feature tracking, proses tracking ini tidak memerlukan obyek 2D atau 3D untuk menampilkan obyek virtual, tapi tracking dilakukan dengan mengambil informasi lingkungan sekitar yang akan dijadikan koordinat untuk menampilkan obyek 3D
  4. Hybrid based tracking, proses tracking dilakukan dengan menggabungkan beberapa teknik tracking.

Pandemic Covid-19 memaksa kita untuk melakukan social distancing, bahkan saat ini diberlakukan PPKM dan lockdown di beberapa negara termasuk Indonesia. Seperti yang kita alami saat ini, Hal ini mengakibatkan Sebagian besar pekerjaan dan Pendidikan dilakukan secara virtual. Hal ini juga diprediksi oleh Kate Lister, President of Global Workplace AnalyticsTeknologi: “Our best estimate is that 25-30% of the workforce will be working-from-home multiple days a week by the end of 2021”.[5]

Mix Asistance [6]

Augmented Reality dapat mengambil tempat dan peranan besar di masa new normal, dimana bekerja dan belajar dilakukan dari rumah (work from home).  Teknologi ini memungkinkan adanya kolaborasi pekerjaan jarak jauh seperti yang saat ini sedang dikembangkan yang lebih sering disebut dengan istilah The Need of Collaborative AR. Banyak apalikasi yang memanfaatkan AR untuk kolaborasi seperti Mix Asistance atau AR/VR Remote Asistance. Hal ini sangat memungkinkan, seperti yang disampaikan oleh Mark Billinghurst, yang mengindentifikasikan lima hal yang dapat menghasilkan lingkungan kolaboratif AR yaitu [7]:

  • Virtuality, dimana obyek yang tidak ada di dunia nyata dapat dilihat dan diuji/diperiksa.
  • Augmentation, dimana obyek nyata dapat ditambahkan dengan keterangan (annotations) virtual.
  • Cooperation, dimana pengguna yang banyak (multiple users) dapat saling melihat dan bekerja secara alami (natural).
  • Independence, dimana setiap pengguna mengontrol/ mengatur sudut pandang mereka secara independen.
  • Individuality, dimana data yang ditampilkan dapat berbeda berdasarkan setiap sudut pandang.

Augmented Reality  juga sangat mendukung di bidang Pendidikan melalui media edukasi. Pembelajaran Jarak Jauh menuntut adanya usaha lebih dari para guru dan pendidik dalam menyampaikan materi ajar, supaya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh peserta didik. Suasana belajar yang monoton melalui layar PC/Laptop/Gadget lainnya dapat menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi peserta didik. Dengan adanya media edukasi yang dapat diakses dengan mudah melalui smartphone masing-masing, peserta didik dapat melihat materi ajar berupa deskripsi dan dilengkapi dengan simulasi berupa obyek 2D dan 3D. Hal ini dapat menarik minat peserta didik untuk belajar dan membantu dalam memahami materi-materi yang disampaikan.

Media Edukasi Berbasis Augmented Reality [8]

Tidak hanya dibidang pekerjaan dan pendidikan, AR juga mendukung di bidang ekonomi, khususnya di bidang e-commerce. Cara berbelanja juga sudah bergeser, yang tadinya secara konvensional harus datang ke pasar/ supermarket untuk berbelanja, saat ini berbelanja dapat dilakukan melalui marketplace. AR juga sudah dikembangkan di bidang ini, dimana teknologi ini memungkinkan pengguna dapat melihat produk yang akan dibeli, dan dapat mencoba produk tersebut untuk melihat apakah sesuai atau cocok dengan yang diinginkan oleh pengguna.

Aplikasi Pencarian Furnitur Berbasis Augmented Reality di Ikea [9]

Pola kerja, belajar, berbelanja dan kegatan lainnya yang dilakukakn saat ini sangat mungkin akan diterapkan dan semakin berkembang kedepannya di masa new normal.  Transformasi digital di era industri 4.0 merupakan suatu keniscayaan, dan kondisi ini membuka kesempatan baru dalam dunia kerja yang menuntut adanya kreatifitas dan inovatif. Munculnya inovasi-inovasi baru yang melahirkan produk-produk digital yang dapat membantu dalam segala segi kehidupan di masa mendatang tentunya juga berdampak pada lahirnya dunia kerja atau lapangan kerja baru, dan Augmented Reality dapat mengambil peran dalam melahirkan produk-produk inovasi tersebut.

Referensi:

[1] Alan B. Craig. Understanding Augmented Reality Concepts and Applications. 2013. Elsevier Inc.

[2] National Geographic Augmented Reality Experience. https://i.ytimg.com/vi/xhYoRSXbQLs/maxresdefault.jpg

[3] Sanni, Siltanen. Theory and Application of Marker based Augmented Reality.2012. VTT Science

[4] Amin Dhiraj, AminSharvari, Govilkar Sharvari Govilkar, Comparative Study of Augmented Reality Sdk’s. International Journal on Computational Science & Applications 5(1):11-26. DOI: 10.5121/ijcsa.2015.5102

[5] Work-At-Home After Covid-19—Our Forecast. https://globalworkplaceanalytics.com/work-at-home-after-covid-19-our-forecast

[6] MIX ASSISTANCE – AR/MR Remote Assistance/Maintenance. https://xrgo.io/en/product/assistance/

[7] Kato, H. Inside ARToolKit, Hiroshima City University,  http://www.sys.im.hiroshima-cu.ac.jp/people/kato

[8] Augmented Reality Apps Changing Education. https://www.3rockar.com/augmented-reality-apps-changing-education/

[9] Ikea Place: Aplikasi Pencari Furniture Berbasis AR Kini Hadir di Android. 2018. https://www.idntimes.com/tech/trend/jcnd/ikea-place-aplikasi-pencari-furnitur-berbasis-ar-kini-hadir-di-android-c1c2/1

Back To Top