KEMENPORA dan UAI Mendorong Millenial Berbisnis di Era New Normal
Jakarta (08/08) – Di tengah pandemi banyak peluang bisnis yang dapat ditekuni. Terbukti pada peningkatan penjualan online terutama di e-commerce yang tumbuh hingga 5 – 10 kali lipat serta terjadi lonjakan konsumen baru hingga 51%. Aktivitas masyarakat yang terbatas membuat belanja online menjadi kegiatan yang digemari. Sektor digital hadir sebagai bantalan penahan ekonomi Indonesia agar tidak semakin terpuruk. Hal inilah yang harus dimanfaatkan masyarakat, khususnya millenials untuk menghadapi era new normal.
Melalui Kuliah Kewirausahaan Pemuda Daring pada Sabtu, 08 Agustus 2020, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (KEMENPORA) bersama Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ingin mendorong jiwa entrepreneur millenials dalam kondisi pandemi seperti ini. Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, MPP., Wakil Ketua Komisi X DPR RI, melihat bahwa 24% anak muda di Indonesia memiliki keinginan menjadi wirausahawan. Namun hal tersebut terbentur dengan inovasi dan kegigihan mereka dalam berwirausaha.
“Inovasi bukan berarti semuanya dari 0, bisa dari ide-ide yang dikumpulkan,” ujarnya dalam pembukaan acara. Ia menambahkan, “Berani mulai, tapi juga harus tangguh, persistent, dalam menjalankan usahanya. Jangan cepat menyerah saat terbentur masalah.”
Senada dengan Hetifah, Dr, H. Asorun Niam Soleh, MA, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI juga berpendapat bahwa masing-masing individu pemuda memiliki potensi kewirausahaan, namun tidak semua pemuda menyadarinya. Menurutnya, dalam entrepreneurship terdapat 6 elemen penting, yaitu kreativitas, kolaborasi, teamwork, integritas, networking, dan inovasi. Para millenials dapat menggunakan elemen tersebut untuk menyiasati pemodalan hingga memasarkan produk.
“Yang merasa nyaman di zonanya dan tidak melakukan inovasi justru tergiling,” ucapnya saat menumbuhkan motivasi jiwa entrepreneur millenials.
Pada sesi sharing story, hadir pula Sony Arca Ardyanto selaku Owner Pizza Orins untuk berbagi tips mempersiapkan bisnis di masa new normal. Setelah lama berkiprah dalam dunia bisnis kuliner, Sony mengamati bahwa terdapat 4 fase utama, yaitu fase normal, fase awal pandemi, fase pandemic, fase paska pandemi. Wirausahawan harus memerhatikan peluang bisnis serta kelemahannya pada fase-fase tersebut untuk menentukan kelangsungan usaha yang hendak ditekuni.
Selain itu, pebisnis juga harus memerhatikan customer behaviour yang berubah secara cepat. Meskipun e-commerce bertumbuh, namun secara garis besar daya beli masyarakat menurun dan menyebabkan bercampurnya strategi pemasaran red ocean dan blue ocean. Begitu banyak perusahaan besar yang membanting harga secara besar-besaran (red ocean) tetapi juga menciptakan market yang baru (blue ocean) secara bersamaan. Sebab inovasi secara berkala penting dilakukan untuk mempertahankan pelanggan. Bagi wirausahawan yang baru memulai, hendaknya mengamati bisnis yang sudah besar sebab bisnis-bisnis kecil secara otomatis akan mengikuti aktivitas pasar yang dilakukan perusahaan besar.